Archive for July, 2010

Soon to be Jobless

Hmm, agak kaku rasanya menuangkan ‘rasa’ lagi untuk menulis karena sudah cukup lama saya tidak ‘curhat’ di media gores saya satu ini.

Yang baru dari saya? Saya sudah mengambil (lagi) satu dari keputusan BESAR dalam hidup saya. Tiga minggu lalu saya sudah menyampaikan pada supervisor saya bahwa saya akan berhenti dari pekerjaan yang saya lakoni sekarang. Yes, I’m resigning. My last day at work will be end of this month. Supervisor saya tentu saja kaget, tapi dia juga menghargai keputusan saya.

Beberapa orang yang sudah mendengar berita saya akan resign juga reaksinya rata-rata kaget dan tidak percaya. Komentar yang saya dapatkan antara lain, “Kok berhenti sih? Apa gak sayang kerjaannya?” “Tar kamu bosan loh di rumah…mo ngapain coba kalo gak kerja?” Ada juga yang berkomentar, “Buat gua sih kerja itu aktualisasi diri. Gak enak aja rasanya kalo cuman di rumah doang…”

Haha! Ya, saya mengerti mengapa banyak orang berkomentar seperti itu. Untuk banyak orang, eksistensi dan aktualisasi diri diukur dari pekerjaan mapan, gaji yang mengalir lancar setiap bulan, sosialisasi di kantor atau tempat kerja. Nah, orang-orang yang jobless atau tinggal di rumah (seperti saya nanti :p) dianggap tidak ‘eksis’.

Dulu mungkin saya punya pendapat yang sama, bahwa saya perlu aktualisasi diri dengan punya pekerjaan formal. Tapi sekarang paradigma saya sudah sedikit bergeser. Pertanyaan selanjutnya adalah: mengapa saya ‘harus’ berhenti bekerja? 

Ada beberapa alasan yang sudah saya timbang baik-baik sejak awal tahun ini.

Alasan #1 adalah karena saya ingin punya lebih banyak waktu untuk keluarga. Saat ini saya bekerja Senin – Sabtu, 7 am to 5 pm. Suami juga berangkat bekerja pagi-pagi sekali, jadi kami hanya bertemu malam hari sesudah kerja. Kalau saya sedang banyak pekerjaan, saya bisa pulang jam 7 malam! Sampai di rumah sudah capek sehingga  sering sulit untuk saya menjadi pendengar yang baik ketika suami mau bercerita banyak tentang what’s going on with his jobs. Saya juga masih ingin ke gym yang saat ini bisanya saya lakukan malam hari (which, of course, reduces ‘us’ time). Jika saya tidak terikat pekerjaan, saya bisa olahraga tanpa mengganggu waktu saya dengan suami. Saya juga jadi tidak punya banyak waktu untuk memasak makanan untuk suami atau mengurus rumah. *Whohooo…saya terdengar sangat ibu-ibu sekali ya? :p* Dengan bekerja full time, otomatis saya lebih banyak sibuk dengan urusan saya sendiri.

Alasan #2: saya ingin belajar hal-hal lain di luar bidang pekerjaan saya sekarang. Misalnya, belajar tentang bisnis. Bekerja untuk orang lain itu tidak selalu menyenangkan, betul kan? Nah, suatu hari nanti saya ingin menjadi bos untuk diri saya sendiri dengan punya bisnis sendiri. Saya perlu membekali diri dengan pengetahuan tentang bisnis dan itu perlu waktu. Di rumah ada banyak buku dan modul tentang bisnis yang masih menunggu untuk disentuh, dibaca dan dipelajari.  

Jadi, keputusan untuk berhenti bekerja untuk saya adalah keputusan terbaik. Dalam skala prioritas saya sekarang, punya sebanyak mungkin waktu untuk keluarga ada di urutan #1. Ego saya untuk punya penghasilan sendiri bukan lagi hal yang terpenting karena saya menyadari ada hal-hal lain yang bisa saya lakukan untuk keluarga kami. Dan, thank God, suami masih mampu memenuhi kebutuhan keluarga. Saya pikir memberikan energi saya untuk total men-support suami bukan pilihan yang jelek. Kami bisa lebih bersinergi dengan porsi masing-masing, suami fokus dengan pekerjaannya, saya fokus dengan urusan domestik rumah-tangga. Dengan demikian kehidupan rumah-tangga kami bisa menjadi lebih seimbang.

Oh iya, saya sudah punya daftar aktivitas yang akan saya lakukan ketika saya resmi menjadi ‘jobless’, termasuk mulai menggunakan mesin jahit saya yang selama ini saya biarkan menganggur :). I am excited!!

July 10, 2010 at 12:48 am 10 comments


Categories