Ngopi

February 16, 2010 at 9:16 am Leave a comment

Hari ini sekurangnya 3 cangkir kopi sudah saya tenggak di kantor. Kopi instant 3 in 1 aja sih… yang bungkusnya berwarna coklat dan ada gambar cangkir putih dengan tulisan ‘FIRST CLASS’ *hayo, yang bisa nebak dapet hadiah piring :-p*

Trigger-nya adalah: ngantuk dan bosan.

Iya. Ngantuk karena nekat tidur larut dua malam berturut-turut. Bosan karena …ya bosan saja! [Yang ini susah menjelaskannya. Belakangan saya lagi merasa bosan dengan kerjaan. Mungkin karena tahun ini udah masuk tahun ke-7 saya bekerja di gunung… dan dua tahun belakangan ini kerjaan lebih bersifat admin dan rutin. Ya…kadang masih handle kelas juga sih…satu atau dua kelas, hitung-hitung untuk asah otak juga. Time for a change?? ]

Oia, ngomongin soal ngopi, saya dan suami memang penyuka kopi. Tapi bukan kopi instan seperti yang saya minum di kantor, tapi kopi yang dibuat dengan menggunakan percolator. [Definisi dan contoh pic. dari percolator bisa dilihat di link ini atau ini.]

Membuat kopi dengan percolator memang sedikit lebih ribet kalau dibandingkan dengan menggunakan kopi instan. Takaran kopinya juga harus pas untuk menghasilkan kopi enak. Plus, harus sabar menunggu beberapa menit sampai kopi siap dinikmati. Tapi…it’s worth it. Bagi pecinta kopi, sekali icip-icip kopi yang dibuat dengan percolator, kopi instan pasti lewattt… *kecuali kepepet pengen ngopi di kantor :-p*

Kopi yang dihasilkan memang biasanya jenis strong coffee. Cocok untuk yang suka sejenis espresso gitu. Untuk yang tidak kuat minum strong coffee, bisa menambahkan susu [atau diencerkan dengan air barangkali?] ke kopinya.

Sebagian besar keluarga dengan latar belakang kultur Italy biasanya gak asing dengan mesin-pembuat-kopi satu ini. Keluarga suami? Jangan ditanya. Mama mertua punya koleksi percolator dari ukuran kecil (cukup untuk 2 cangkir kecil) sampai ukuran 12 cangkir – yang menginspirasi suami untuk kelak punya koleksi yang sama. Ritual minum kopi di keluarga ini adalah ritual yang hukumnya wajib.

Coffee is part of the family which almost everybody enjoys. Coba ya… ‘morning coffee’ untuk mengakhiri sarapan, ‘coffee break’ jam 9 pagi – of course, lagi² minum kopi— biasanya ditemani homemade biscuits, after lunch coffee, afternoon coffee (sekitar jam 3 sore), bahkan selesai dinner juga biasanya ngopi lagi. Ckk…ckk..ckk…

Pernah, saking banyaknya konsumsi kopi dalam satu hari di rumah mertua, malamnya saya nyaris gak bisa tidur. Jantung serasa berdebar-debar. Otak sepertinya gak bisa memerintahkan tubuh untuk terlelap.

Kapok minum kopi? Gak tuh… Saya pernah punya prinsip: I could live without a man, but not without coffee!! Dulu lho yaa…sebelum merit. Sekarang sih udah berubah dikit: “Coffee and (a) man are two things I do need in my life…”

Hehehee…

Entry filed under: Miscellaneous.

Yoga oh Yoga mendadak autis

Leave a comment

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


Categories